ETIKA BERMEDIA SOSIAL



Dalam menggunakan social media, kita sebagai manusia yang melek teknologi dituntut mengedepankan etika agar apapun aktivitas yang kita lakukan dapat memberikan manfaat untuk orang lain. Etika bersocial media ini sebenarnya sudah disebutkan dalam beberapa peraturan, dan di’amin’I oleh banyak pihak sehingga menjadi kesepakatan umum. Sama seperti berkomunikasi di dunia nyata, etika menjadi hal yang kemudian menjadi pegangan mengenai nilai kebenaran umum.

Melihat kondisi media sosial saat ini yang terus menerus diterpa dengan isu konten negatif, ujaran kebencian, kampanye hitam dan sebagainya, ada baiknya kembali melihat apa saja etika yang seharusnya dijunjung tinggi. Dalam nama menjamin kebebasan berpendapat dan kenyamanan setiap individu, beberapa hal perlu diperhatikan dan dilakukan.

- Penggunaan Bahasa


Dalam beraktivitas di media sosial, hendaknya selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga tidak menimbulkan resiko kesalahpahaman yang tinggi. Dengan mengirimkan konten berbahasa yang baik dan benar pun resiko salah paham masih mungkin terjadi, terlebih jika bahasa yang digunakan tidak benar, bukankah begitu?

Jika menuliskan sesuatu, upayakan menuliskannya secara jelas agar setidaknya ketika ada orang lain yang membaca tulisan tersebut dapat memahami apa yang ingin disampaikan. Hindari penggunaan kata atau frasa multitafsir jika tidak dimaksudkan demikian, serta gunakan setiap kata sesuai dengan peruntukannya. Sederhana, setiap orang memiliki preferensi yang berbeda, dan dapat memaknai konten secara berbeda, setidaknya dengan menggunakan bahasa yang jelas dan lugas Anda telah berupaya mengunggah konten yang jelas pula.

- Menghargai Orang Lain


Sikap menghargai orang lain tidak hanya ideal jika ditunjukkan pada saat berkomunikasi secara langsung, namun juga pada media sosial. Menghargai di sini lebih pada konteks tidak mencela atau menghina, namun lebih kepada membuat interaksi yang hangat dengan diskusi informatif dan tidak sekedar berdasarkan dengan pendapat.

Dalam konteks media sosial, mungkin untuk menghargai orang lain kita dituntut untuk membaca sebelum berkomentar. Membaca, melihat apa konteks konten yang disampaikan, bagaimana latar belakang si pengunggah konten dan sebagainya. Dengan sedikit kebijaksanaan ini idealnya interaksi di media sosial akan terjadi dengan lebih produktif dan tidak bersifat negatif.

- Kontrol pada Konten


Unggahan yang Anda lakukan, wajarnya, dapat dilihat oleh banyak orang. Sangat tidak disarankan untuk mengunggah apapun yang bersifat informasi pribadi, seperti misalnya nomor kartu debit atau kredit, NIK, nomor telepon, alamat rumah dan berbagai hal personal lain. Hal ini untuk meminimalisir kejadian tidak diinginkan dan menjaga keamanan Anda dan orang terdekat.

Pada dasarnya, setiap pemilik akun media sosial memiliki kontrol pada konten yang mereka unggah atau dapat mereka lihat. Hal ini yang jarang dipahami banyak orang, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan. Padahal jika setiap orang mau melakukan filtrasi pada konten yang diunggah atau disaksikannya, pasti iklim media sosial di Indonesia akan lebih sejuk.

- Overposting


Memang menjadi hak setiap pemilik akun media sosial untuk pengunggahan konten pada akunnya. Namun bayangkan jika setiap hari Anda harus sarapan dengan menu yang sama, tidakkah Anda bosan? Hal yang sama juga berlaku pada unggahan yang Anda lakukan. Sebisa mungkin, kontrol jumlah unggahan yang Anda lakukan sehingga tidak menjadi overposting.

Overposting berarti melakukan unggahan yang terlalu banyak sehingga dapat bersifat mengganggu daripada informatif. Memang, sekali lagi kontrol pada konten dapat dilakukan, namun jika bisa dimulai dari diri sendiri, hal ini tentu akan jauh lebih ideal yang menyenangkan untuk orang banyak. Meskipun jumlah ‘terlalu banyak’ juga sangat relatif, setidaknya Anda pasti mengetahui ketika Anda sudah mengunggah terlalu banyak konten pada satu waktu tertentu.

- Preferensi bukan Plagiasi


Memiliki identitas dan karakter yang kuat dalam bermedia sosial juga sangat penting dna menjadi satu variabel dalam etika bersocial media. Setiap pemilik akun tentu memiliki ‘pasar’nya masing-masing, sehingga akan sangat tidak etis jika Anda melakukan plagiasi, baik dari segi nama ataupun jenis konten yang Anda unggah karena dapat membuat pemilik akun lain tidak nyaman.

Memiliki preferensi konten yang luas memang penting, namun hal ini idealnya hanya menjadi acuan saja dan bukan menjadi ‘kiblat’ utama. Secara ideal setiap manusia memiliki keunikan masing-masing, dan keunikan ini yang akan menciptakan pasar untuk konten yang Anda unggah.

Memiliki etika bersocial media dalam era kekinian sangat penting untuk menjadikan Anda pribadi yang bijak dalam bersocial media. Jika etika ini dapat dipegang oleh mayoritas orang pengguna media sosial, maka diharapkan iklim media sosial di Indonesia dapat menjadi jauh lebih produktif, positif dan informatif sehingga dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Komentar

Postingan Populer